Wednesday, November 2, 2016

Pengurusan berobat Cancer di RS MRCCC Siloam Semanggi (lanjutan)

Sebelumny saya sudah post cara mengurus berobat Cancer di RS MRCCC Siloam.

Sekarang saya mau cerita lanjutannya.

Akhirnya Bapak saya bisa dipindah dari ruang ICU ke ruang rawat biasa.

Dan mulailah kami kembali ke RS MRCCC hari senin (31 Oktober 2016) untuk perjanjian poli.
Dan tentu saja kami ceritakan kondisinya yang saat ini di ruang rawat.
Akhirnya kami dapat jadwal konsul dengan dokter bedah digestif hari ini (03 November 2016).

Prosedurny awalny diinfokan : pasien karena masih rawat inap, harus dibawa ke RS MRCCC melalui jalur UGD, nanti dokter yang akan periksa.

Lalu kami pun informasikan ke RSUD Koja perihal ini, tapi pihak RS tidak mau melepas pasien jika tidak ada kepastian UGD RS MRCCC mau terima kondisi pasien (karena Bapak saya pakai CVP).

Setelah sibuk menghubungi sana-sini pada malam Kamis (02 Nov 2016) :
1. RS Koja telp UGD RS MRCCC
2. Kami juga hubungi UGD RS MRCCC dan RSUD Koja

ketemu jalan tengah, disarankan dokter UGD RS MRCCC, agar bawa semua hasil lab/resume medis besok pagi dan bertemu Dokter Bedah Digestifnya.

Nampak tak ada jalan.

Pagi tadi kami RS MRCCC, dan oleh pihak BPJS MRCCC ditanya dimana pasiennya.
Kami pun jelaskan kondisinya bahwa pihak RS Koja tidak mau melepas tanpa ada kepastian.
Dan prosedur di RS MRCCC harus ada pasiennya.

Akhirnya kami bertemu dokter BPJS nya, dan tetap ditolak. Dan alasan kali ini lebih masuk akal.
1. UGD memang tidak akan terima jika tidak ada kriteria gawat darurat
2. Konsul pertama memang harus bawa pasien
3. Kondisi Bapak, masih belum stabil (Hb, albumin, leukosit, dll masih di luar batas normal), walaupun dipaksakan, tetap proses kemoterapi maupun operasi tidak akan bisa dilakukan.
4. Disarankan agar kondisi pasien stabil dulu dan dinyatakan boleh pulang oleh RSUD Koja lalu daftar kembali di RS MRCCC, atau
5. Cari ke RS lain seperti RS Fatmwati/RSPAD Gatot Subrot/RS Dharmais/RS Persahabatan, yang sekiranya UGD mau terima atau ada kamar rawat tersedia. Dan kami juga sudah jelaskan, kami pernah ke RS Persahabatan namun ditolak dengan alasan Kamar Penuh dan antrian di UGD pun panjang yang lebih butuh kamar rawat. Yah memang, kamar selalu penuh di RS pemerintah. Dan memang harus banyak bersabar jika mau pakai BPJS.

*di saat itu saya menangis, teringat ucapan dokter agar Bapak segera dipindah ke RS melalui jalur umum agar segera tertangani karena antrian BPJS yang super panjang. Dan juga karena kondisi Bapak yang tidak naik-naik sejak dirawat awal bulan lalu. Transfusi darah rutin dilakukan, tapi Hb hanya naik sedikit lalu drop lagi. Di situ saya seperti kehilangan harapan. Apa bisa kondisi Bapak stabil dan boleh pulang, dan kami mulai prosedur daftar lagi dan menunggu antrian. Atau yah jika memang gawat darurat baru pakai jalur UGD.
Di sini saya merasakan betapa tiada daya dan upaya kita sebagai manusia biasa*

Dan kami pun pulang.
Berdoa kepada Allah SWT, semoga Bapak bisa stabil lagi kondisinya dan boleh pulang.
Atau tiba-tiba saja ada keajaiban, kankerny hilang aja gitu entah kemana dan Bapak sehat lagi.
Ya, pikiran saya mulai tidak waras.

Mungkin, kami akan coba minta rujukan lagi ke RSPAD Gatot Subroto/RS Dharmais. Siapa tau ada jalan di sana.


Note :
Buat yang sudah terdiagnosa Kanker dan masih sehat, saya sangat menyarankan mencoba ke RS MRCCC, yah walaupun terbatas kuotanya. Setidaknya tidak perlu antri panjang di tempat lain.
Terima kasih kepada RS MRCCC yang mau menampung kami para pengguna BPJS.

#SemogaBapakLekasSembuh

No comments:

Post a Comment