Thursday, May 29, 2014

Mas Hendra.....dalam kenangan


Mudah sekali mengenali sosoknya jika kami 6 bersaudara berkumpul. Selalu memakai celak (sifat mata) dan berbaju hitam-hitam. Pribadi yang sederhana dan jarang berkeluh kesah di antara anak mama lainnya.

Kimia,gunung, istrinya Sri dan putri cantiknya Lail,adalah hidupnya. Makapala Akademi Kimia Analisis Bogor sudah menjadi rumah keduanya meskipun telah lama ia lulus dari kuliahnya.

Kimia....sering ia bercerita pendek sedang melakukan penelitian mengenai bahan-bahan kimia. Terkadang pun di teras rumah ia mengerjakan proyek-proyek sederhananya. Kemarin, saya mendengar cerita dari rekan kerja lamanya bahwa penelitian yang dulu ia kerjakan dan lalu ia tinggalkan kini telah membuahkan hasil. Kemarin, saya mendengar samar cerita dari teman kantornya yang bercerita bahwa ia sedang meneliti suatu bahan kimia yang berkaitan dengan daya ledak dll. Selintas,saya teringat dulu ia pernah ikut andil dalam proyek tinta pemilu 2 periode lalu yang lama sekali hilangnya. Ia memang jarang bercerita banyak.

Pecinta alam....bersama saudara laki-laki lainnya dan juga sepupu-sepupu laki-laki, ia membentuk grup yang disebut Nenek Rangers, naik gunung bersama-sama. Di kampus, ia mengikuti organisasi pecinta alam. Tak jarang kami mendengar kabar jika ia sudah ada di atas gunung ataupun menjadi relawan bencana alam. Sering kami menyebutnya si anak hilang. Bahkan ia sempat ingin mengajak putrinya yang akan berusia 2 tahun itu untuk pergi ke gunung. 

Paku dan baju hitam-hitam....sering kami menyebutnya SD atau semi dukun. Ada cerita ia menjadi pemburu hantu di sebuah perusahaan. Banyak cerita ia mengobati orang sakit, terutama jika sakit gigi,ia cukup mengambil paku dan memakunya di pintu. Dulu, di kusen pintu kamarnya banyak sekali terpasang paku. Menurut cerita kakakku yang lain, pernah saat di atas gunung dan bekal mulai menipis. Ia pergi meninggalkan tenda dan memakai gamis hitam, lalu kembali dengan membawa mie dari pendaki lain, entah mengusir yang ‘kesurupan’ atau berceramah. Ah, banyak cerita lucu dengannya.

Setelah menikah dan mempunya seorang putri cantik,ia kembali ke rumah. Dengan penuh semangat, ia kuliah S1 lagi. Seorang rekan kerjanya berkata pada saya, jika ia lulus nanti atasannya sudah menyiapkan lab untuk ia kelola,untuk mengerjakan proyek2nya.

Kakakku yang genius.....entah berapa kali saya dengar bahwa ia adalah orang yang cerdas...kami akui ia paling pintar di keluarga. Teman-teman kantornya kemarin pun berkata ia adalah orang yang pintar.

Kakakku yang tampan....ia bukan orang manja. Ia bukan orang yg lemah. Ia orang yang baik. Ketika penyakit itu mulai menghampirinya,kami tahu, rasa sakit itu pasti sudah melebihi kemampuannya untuk menahan rasa sakit. Selama sakitnya,ia tidak pernah mau ditinggal mama. Seolah itu firasat. Seolah itu pesan. Ia hanya berkata, jika dekat mama ia merasa adem.Mungkin kasih ibu bisa sedikit mengurangi rasa sakitnya. Ketika ia harus bergantung pada orang lain, ia hanya bisa berkata, mengapa ia jadi menyusahkan orang lain, mengapa ia memiliki badan yang manja.

Mas Hendra yang tampan....di saat-saat terakhirnya, ia masih berkata bahwa ia masih kuat melawan penyakitnya. Bahwa ia masih mau berjuang. Namun Allah SWT lebih mencintainya. Ia pulang kepadaNya dengan tenang dan damai. Rasa sakit itu telah usai.

Selamat Jalan, Mas Hendra ku sayang...semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosamu, menerima semua amal ibadahmu, melapangkan kuburmu,menerangi kuburmu, dan menempatkanmu di surga-Nya. Amin.

Kami, kakak-kakakmu (Mas Dian dan Mamank) dan adik-adikmu (Lia,Pipit,dan Rizal) akan selalu merindukanmu. Dan akan selalu mendoakanmu.

Muhammad Hendra Ardiansyah bin Bawon Ardiyanto (12 Agustus 1981 – 28 Mei 2014)
 
Membangun keluarga dengan istrinya yang sederhana, Masri
 Nene Rangers : Yang paling kuat di antara yang lain
 Pertama kali masuk RS bulan lalu, masih penuh semangat
 Lail,matanya mirip mas hendra...