Mudah sekali mengenali sosoknya
jika kami 6 bersaudara berkumpul. Selalu memakai celak (sifat mata) dan berbaju hitam-hitam. Pribadi yang sederhana
dan jarang berkeluh kesah di antara anak mama lainnya.
Kimia,gunung, istrinya Sri dan
putri cantiknya Lail,adalah hidupnya. Makapala Akademi Kimia Analisis Bogor
sudah menjadi rumah keduanya meskipun telah lama ia lulus dari kuliahnya.
Kimia....sering ia bercerita
pendek sedang melakukan penelitian mengenai bahan-bahan kimia. Terkadang pun di
teras rumah ia mengerjakan proyek-proyek sederhananya. Kemarin, saya mendengar
cerita dari rekan kerja lamanya bahwa penelitian yang dulu ia kerjakan dan lalu
ia tinggalkan kini telah membuahkan hasil. Kemarin, saya mendengar samar cerita
dari teman kantornya yang bercerita bahwa ia sedang meneliti suatu bahan kimia
yang berkaitan dengan daya ledak dll. Selintas,saya teringat dulu ia pernah
ikut andil dalam proyek tinta pemilu 2 periode lalu yang lama sekali hilangnya.
Ia memang jarang bercerita banyak.
Pecinta alam....bersama saudara
laki-laki lainnya dan juga sepupu-sepupu laki-laki, ia membentuk grup yang
disebut Nenek Rangers, naik gunung bersama-sama. Di kampus, ia mengikuti
organisasi pecinta alam. Tak jarang kami mendengar kabar jika ia sudah ada di
atas gunung ataupun menjadi relawan bencana alam. Sering kami menyebutnya si
anak hilang. Bahkan ia sempat ingin mengajak putrinya yang akan berusia 2 tahun
itu untuk pergi ke gunung.
Paku dan baju
hitam-hitam....sering kami menyebutnya SD atau semi dukun. Ada cerita ia
menjadi pemburu hantu di sebuah perusahaan. Banyak cerita ia mengobati orang
sakit, terutama jika sakit gigi,ia cukup mengambil paku dan memakunya di pintu.
Dulu, di kusen pintu kamarnya banyak sekali terpasang paku. Menurut cerita
kakakku yang lain, pernah saat di atas gunung dan bekal mulai menipis. Ia pergi
meninggalkan tenda dan memakai gamis hitam, lalu kembali dengan membawa mie
dari pendaki lain, entah mengusir yang ‘kesurupan’ atau berceramah. Ah, banyak
cerita lucu dengannya.
Setelah menikah dan mempunya
seorang putri cantik,ia kembali ke rumah. Dengan penuh semangat, ia kuliah S1
lagi. Seorang rekan kerjanya berkata pada saya, jika ia lulus nanti atasannya
sudah menyiapkan lab untuk ia kelola,untuk mengerjakan proyek2nya.
Kakakku yang genius.....entah
berapa kali saya dengar bahwa ia adalah orang yang cerdas...kami akui ia paling
pintar di keluarga. Teman-teman kantornya kemarin pun berkata ia adalah orang
yang pintar.
Kakakku yang tampan....ia bukan
orang manja. Ia bukan orang yg lemah. Ia orang yang baik. Ketika penyakit itu
mulai menghampirinya,kami tahu, rasa sakit itu pasti sudah melebihi
kemampuannya untuk menahan rasa sakit. Selama sakitnya,ia tidak pernah mau
ditinggal mama. Seolah itu firasat. Seolah itu pesan. Ia hanya berkata, jika
dekat mama ia merasa adem.Mungkin
kasih ibu bisa sedikit mengurangi rasa sakitnya. Ketika ia harus bergantung
pada orang lain, ia hanya bisa berkata, mengapa ia jadi menyusahkan orang lain,
mengapa ia memiliki badan yang manja.
Mas Hendra yang tampan....di saat-saat
terakhirnya, ia masih berkata bahwa ia masih kuat melawan penyakitnya. Bahwa ia
masih mau berjuang. Namun Allah SWT lebih mencintainya. Ia pulang kepadaNya
dengan tenang dan damai. Rasa sakit itu telah usai.
Selamat Jalan, Mas Hendra ku
sayang...semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosamu, menerima semua amal ibadahmu,
melapangkan kuburmu,menerangi kuburmu, dan menempatkanmu di surga-Nya. Amin.
Kami, kakak-kakakmu (Mas Dian dan
Mamank) dan adik-adikmu (Lia,Pipit,dan Rizal) akan selalu merindukanmu. Dan akan
selalu mendoakanmu.
Muhammad
Hendra Ardiansyah bin Bawon Ardiyanto (12 Agustus 1981 – 28 Mei 2014)
Membangun keluarga dengan
istrinya yang sederhana, Masri
Nene Rangers : Yang paling kuat di
antara yang lainPertama kali masuk RS bulan lalu, masih penuh semangat
Lail,matanya mirip mas hendra...