Tuesday, January 19, 2016

Ketika Kecewa dan Tak Mampu Memaafkan

Sebagai seorang manusia, tak dapat dipungkiri pasti ada rasa kecewa terhadap sesuatu atau seseorang.
Rasa kecewa ini mestinya tidak bertahan lama bersemayam di hati jika hati nurani mau memaafkan atau menerima atau mengikhlaskan yang terjadi. Ibarat sebuah kertas yang telah diremas-remas, ia menjadi lecak dan tak dapat dihaluskan kembali.

Namun kerap kali kita sulit memaafkan atau menerima jika sesuatu sudah melampaui batas (menurut) kita.
 Rasanya itu adalah manusiawi, terlepas dari apapun, terutama bila terkait kepercayaan atau akumulasi dari berbagai kejadian.

Mencurahkan cerita pada orang lain juga tak melulu menjadi jalan keluar, karena tak dapat dipungkiri kita terkadang hanya mencari pembenaran atas apa yang kita lakukan. Atau yang dicurahkan juga mungkin bosan jika melihat kita bertahun dan berbulan kecewa tak hilang2 dan tak mampu memaafkan. Yah, mungkin...mungkin...mereka tidak merasakan apa yang terjadi, atau mempunyai sudut pandang yang berbeda terhadap yang kita alami.

 Belajar dari pengalaman, yang sebaiknya kita lakukan jika kekecewaan tak jua surut...curahkan pada tulisan, luapkan semuanya, akan lebih manisnya jika dirangkai menjadi semua prosa atau cerita. Lalu meyakinkan diri, apa yang terjadi kini adalah sekedar ujian kesabaran saja dan kita harus mampu menerimanya. Biarkan, izinkan diri kita bersabar, menahan segala emosi. Dan biarkan waktu yang menjawab semuanya dan menghapus sisa kesedihan kita.